Minyak nilam adalah minyak atsiri yang diperoleh dari daun nilam (Pogostemon cablin Benth) dengan cara penyulingan. Sentra produksi nilam di Indonesia yaitu propinsi Nanggro Aceh Darussalam, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat. Saat ini, pertanaman nilam telah menyebar ke propinsi Bengkulu, Sumatera Selatan, dan Jawa Barat. Sebagai komoditas ekspor, minyak nilam mempunyai prospek yang baik karena dibutuhkan secara kontinyu dalam industri parfum, kosmetik, sabun, dan lain-lain. Penggunaan minyak nilam dalam industri tersebut karena daya fiksasinya yang tinggi terhadap bahan pewangi lain, sehingga dapat mengikat bau wangi dan mencegah penguapan zat pewangi sehingga bau wangi tidak cepat hilang atau lebih tahan lama. Minyak nilam terdiri dari komponen bertitik didih tinggi seperti patchouli alkohol, patchoulen, kariofilen dan non patchoulenol yang berfungsi sebagai zat pengikat dan belum dapat digantikan oleh zat sintetik.
Pangsa pasar minyak nilam Indonesia diperkirakan mencapai 80% dari ekspor minyak nilam dunia. Pesaing utamanya yaitu minyak nilam asal RRC dan Brazil. Walaupun secara kuantitas minyak nilam Indonesia lebih unggul, namun dari segi mutu masih kalah bersaing dan harga yang diberikan untuk minyak nilam Indonesia lebih rendah dibandingkan dengan RRC. Singapura dikenal sebagai penyalur minyak nilam dunia, tetapi sebagian besar minyaknya berasal dari Indonesia yang kemudian diolahnya kembali untuk memenuhi standar mutu yang dikehendaki konsumen karena minyak nilam Indonesia cenderung rendah.
Kurang baiknya mutu minyak nilam Indonesia disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah : 1) bahan olah yang tidak memenuhi syarat, 2) peralatan penyulingan yang kebanyakan tidak sesuai atau kurang memenuhi syarat, 3) lokasi penyulingan yang tidak cocok sehingga kekurangan air atau air yang ada tidak bersih, 4) pengemasan dan kondisi tempat penyimpanan yang juga tidak memenuhi syarat.
Mutu minyak nilam umumnya ditentukan oleh beberapa faktor, baik menyangkut pra panen maupun pasca panen. Faktor pra panen yang menyangkut bahan tanaman, teknik budidaya, cara dan waktu panen maupun faktor lingkungan sangat berpengaruh terhadap produktivitas dan mutu bahan olah, yang akhirnya akan berpengaruh terhadap mutu hasil olahannya. Sedangkan faktor pasca panen yang mencakup penanganan bahan olah, cara pengolahan termasuk alatnya, pengemasan, dan penyimpanan sangat berpengaruh pula terhadap mutu produk akhir. Oleh karena itu, untuk meningkatkan mutu minyak nilam Indonesia maka faktor-faktor tersebut harus diperhatikan dengan baik.
Sumber : http://pascapanen.litbang.deptan.go.id/index.php/id/berita/88
Tidak ada komentar:
Posting Komentar