Perbanyakan vegetatif tanaman nilam melalui teknik kultur jaringan
Nilam (Pogestemon cablin Benth.) merupakan salah satu tanaman penghasil minyak atsiri yang mempunyai nilai ekonomi tinggi, sebagai penghasil devisa negara dan sebagai sumber pendapatan petani. Salah satu faktor yang mempengaruhi rendemen dan mutu minyak nilam adalah penggunaan bibit tanaman nilam yang tidak terjamin standarisasinya. Bibit biasanya dibeli dari daerah sentra produksi nilam lain.Selama ini penggunaan bibit nilam tidak memperhatikan keunggulan tanaman, besarnya rendemen minyak, ketahanannya terhadap hama dan penyakit. Sehingga kadar pachoully alkohol yang diperoleh rata-rata rendah kurang dari 30%. Penggunaan bibit unggul yang sehat dan dapat disediakan terus menerus diperlukan untuk budidaya nilam yang berkelanjutan. Saat ini ada 3 klon nilam dari wilayah Aceh (Sidikalang, Lhokseumawe dan Tapak Tuan) memiliki kadar minyak dan mutu yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan klon lain dengan rendemen berkisar antara 2-4% dan kadar PA berkisar antara 32-33%. Namun demikian, upaya untuk meningkatkan produktivitas tanaman, rendemen dan mutu minyak nilam melalui pengembangan bibit unggul yang sehat perlu dilakukan.
Untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas bahan baku nilam dapat dilakukan melalui teknik kultur jaringan. Teknik kultur jaringan selain dapat digunakan untuk perbanyakan vegetatif tanaman nilam secara in vitro untuk menghasilkan klon-klon yang sehat dalam jumlah yang besar dalam waktu yang relatif singkat, serta dapat digunakan untuk menghasilkan tanaman dengan sifat baru.
Saat ini Jurusan Biologi FMIPA UB telah mengembangkan metode baku perbanyakan nilam melalui teknik kultur jaringan. Pengembangan metode regenerasi tanaman secara in vitro ini merupakan prasyarat untuk dapat melakukan berbagai pengembangan tanaman dengan sifat baru melalui teknik kultur jaringan.
Perbanyakan vegetatif nilam dengan teknik kultur jaringan dilakukan melalui tahapan: induksi tunas, pemanjangan tunas dan induksi perakaran serta aklimatisasi plantlet pada media tanah
(Gambar 1).
Induksi tunas nilam in vitro dilakukan dengan menggunakan eksplan daun
(Gambar 1A) yang dikultur pada medium MS dengan penambahan zat pengatur tumbuh NAA dan BAP.
Tunas mulai terbentuk dari eksplan setelah 2 minggu kultur (Gambar 1B).
Pemanjangan tunas dilakukan dengan mengkultur tunas yang terbentuk umur 6 minggu (Gambar 1C) pada media MS dengan penambahan hormon GA3.
Pada media yang mengandung GA3 ini, selain tunas mengalami pemanjangan, akar juga mulai terbentuk dari tunas-tunas nilam (Gambar 1D).
Setelah 4 minggu dalam media ini, plantlet diaklimatisasi (Gambar 1E dan F). Dua minggu setelah aklimatisasi plantlet dipindah ke polibag dan siap dipindah dalam penanaman dalam bentuk demplot.
Sumber : http://atsiri.ub.ac.id/berita36-Perbanyakan-vegetatif-tanaman-nilam-melalui-teknik-kultur-jaringan.htm
Tidak ada komentar:
Posting Komentar